Waspada Paparan Radiasi Medis di Indonesia, Apa Dampaknya?

Semakin banyak masyarakat Indonesia yang menjalani pemeriksaan medis menggunakan sinar-X, seperti CT Scan, mamografi, dan radiografi gigi. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) dari tahun 2018 hingga 2021, sekitar 116,6 juta orang di Indonesia terpapar radiasi dari pemeriksaan medis setiap tahunnya. Namun, tahukah Anda bahwa paparan radiasi ini bisa berisiko?

Credit: Pixabay
Credit: Pixabay

Sinar-X memang sangat membantu dalam diagnosis penyakit, tetapi jumlah radiasi yang diterima tubuh kita perlu diawasi. Data BAPETEN menunjukkan bahwa CT Scan adalah penyumbang terbesar dari radiasi yang diterima oleh masyarakat, menyumbang 97,45% dari total paparan radiasi tahunan. Meskipun hanya 17,56% dari total pemeriksaan, radiasi dari CT Scan sangat tinggi dan bisa meningkatkan risiko terkena kanker, walaupun peluangnya kecil, yaitu sekitar 0,016% dari seluruh populasi Indonesia.

Selain CT Scan, pemeriksaan lain seperti fluoroskopi intervensional dan radiologi konvensional juga memberikan kontribusi terhadap total paparan radiasi. Hal ini membuat BAPETEN dan lembaga kesehatan lainnya terus berupaya untuk mengurangi jumlah paparan radiasi yang tidak perlu, terutama dengan menerapkan prosedur yang lebih aman dan memastikan setiap pemeriksaan dilakukan hanya jika benar-benar diperlukan.

Kesadaran masyarakat untuk memahami risiko ini sangat penting. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang manfaat dan risiko pemeriksaan medis menggunakan sinar-X, diharapkan masyarakat bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan untuk menjalani pemeriksaan medis.

Kenapa Paparan Radiasi Perlu Diwaspadai?

Paparan radiasi, terutama dari alat-alat seperti CT Scan dan fluoroskopi, dapat memberikan manfaat besar dalam diagnosis penyakit. Namun, radiasi ini juga memiliki potensi risiko, terutama jika jumlahnya berlebihan atau jika tidak digunakan dengan hati-hati. Setiap paparan radiasi menambah akumulasi radiasi dalam tubuh kita, dan meskipun risikonya kecil, radiasi yang berlebihan bisa meningkatkan kemungkinan terkena kanker di masa depan.

Data dari BAPETEN menunjukkan bahwa sebagian besar radiasi yang diterima oleh masyarakat Indonesia berasal dari CT Scan. Alat ini memang sangat efektif untuk mendeteksi berbagai masalah kesehatan secara cepat dan akurat, namun jumlah radiasi yang dipancarkannya cukup tinggi. Sebagai gambaran, dari total paparan radiasi yang diterima masyarakat Indonesia, hampir seluruhnya (97,45%) disumbangkan oleh penggunaan CT Scan.

Apa yang Bisa Dilakukan?

Untuk mengurangi risiko ini, penting bagi masyarakat dan tenaga medis untuk hanya melakukan pemeriksaan dengan radiasi jika benar-benar diperlukan. Selain itu, penggunaan teknologi yang lebih aman dan optimisasi proteksi radiasi harus terus dikembangkan. BAPETEN sendiri telah menginisiasi berbagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan dalam penggunaan radiasi medis secara bijak.

Masyarakat juga diimbau untuk bertanya kepada dokter tentang manfaat dan risiko dari setiap pemeriksaan medis yang menggunakan radiasi. Dengan begitu, keputusan yang diambil bisa lebih bijaksana dan didasarkan pada kebutuhan medis yang sesungguhnya.

Paparan radiasi dari pemeriksaan medis seperti CT Scan memang tidak bisa dihindari, namun dengan pemahaman yang baik dan penggunaan yang bijak, risiko yang ditimbulkannya dapat diminimalkan. Edukasi dan sosialisasi terus diperlukan agar masyarakat Indonesia lebih sadar akan pentingnya proteksi radiasi dalam setiap prosedur medis.

Bagaimana Hasil Penelitian Mendukung Kesadaran Ini?

Penelitian yang dipublikasikan oleh BAPETEN melalui jurnal mereka memberikan gambaran yang jelas tentang besarnya paparan radiasi medis di Indonesia dan potensi dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Dari hasil penelitian yang dianalisis dari data Sistem Informasi Data Dosis Pasien (Si-INTAN) antara tahun 2018 hingga 2021, ditemukan bahwa ada peningkatan signifikan dalam jumlah pemeriksaan medis yang menggunakan sinar-X, terutama CT Scan.

Studi ini juga menunjukkan bahwa meskipun jumlah pemeriksaan CT Scan hanya sekitar 17,56% dari total seluruh pemeriksaan yang dilaporkan, namun kontribusi dosis radiasi yang dihasilkan sangat besar, mencapai 97,45% dari total dosis efektif kolektif tahunan. Ini berarti bahwa sebagian besar risiko paparan radiasi yang dihadapi masyarakat Indonesia berasal dari penggunaan CT Scan​.

Lebih lanjut, penelitian ini memperkirakan bahwa paparan radiasi dari pemeriksaan medis di Indonesia berpotensi menyebabkan insiden kanker pada sekitar 0,016% dari populasi, atau sekitar 42.980 orang dari seluruh penduduk Indonesia pada tahun 2021. Angka ini menunjukkan bahwa meskipun risiko pada individu relatif kecil, dalam skala populasi, jumlah ini menjadi cukup signifikan dan perlu mendapat perhatian serius​.

Langkah Kedepan: Optimisasi Proteksi Radiasi

Berdasarkan temuan ini, BAPETEN dan pihak terkait lainnya sangat menganjurkan optimisasi proteksi radiasi, yang dikenal dengan prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable). Ini berarti bahwa setiap paparan radiasi harus diminimalkan sejauh mungkin tanpa mengorbankan kualitas diagnosis atau perawatan medis. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah dengan memastikan bahwa setiap pemeriksaan medis yang melibatkan radiasi benar-benar diperlukan dan dilakukan dengan protokol yang tepat untuk menghindari paparan yang tidak perlu​.

Selain itu, BAPETEN menekankan pentingnya meningkatkan kepatuhan pelaporan data dosis radiasi oleh rumah sakit dan klinik ke sistem Si-INTAN. Dengan data yang lebih lengkap dan akurat, pemerintah dan lembaga terkait dapat melakukan pengawasan yang lebih baik dan menerapkan langkah-langkah yang tepat untuk melindungi masyarakat​.

Kesimpulan: Menghadapi Masa Depan dengan Lebih Aman

Penelitian ini menyoroti perlunya peningkatan kesadaran akan risiko paparan radiasi medis di kalangan masyarakat dan tenaga medis di Indonesia. Dengan memahami hasil penelitian dan menerapkan praktik yang lebih aman, kita dapat bersama-sama mengurangi risiko kesehatan yang terkait dengan paparan radiasi, sambil tetap memanfaatkan teknologi medis yang penting untuk diagnosis dan pengobatan.

Unduh dokumen penelitian di sini.

Posting Komentar untuk "Waspada Paparan Radiasi Medis di Indonesia, Apa Dampaknya?"